1.Pendahuluan
Dalam suatu lingkungan
ekosistem sudah pasti akan terjadi suatu
interaksi antar komponen penyusunnya baik komponen abiotik maupun komponen
biotik. Begitu juga yang terjadi pada agroekosistem. Agroekosistem sebagai salah satu
ekosistem khusus diwilayah pertanian misalnya agroekosistem ladang,
sawah dan kebun teh ternyata juga mampu menghadirkan interaksi timbal balik antara tanaman,
organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan faktor lingkungan pertanian seperti
tanah, iklim, dan lain sebagainya. Interaksi yang timbul dalam suatu
agroekosistem sangatlah beragam. Keberagaman tersebut disebabkan oleh
keberagaman komponen biotik dan abiotik yang menyusun suatu agroekosistem.
Pengetahuan akan sifat interaksi 2
organisme atau lebih dalam suatu agroekosistem sangatlah penting dan
bermanfaat. Sifat interaksi yang ada di agroekosistem sangatlah beragam mulai
dari parasitisme, mutualisme, komensalisme, netralisme, sinekrosis, dan
amensalisme. Dengan mengetahui sifat interaksi yang terjalin antar organisme disuatu
lingkungan agroekosistem setidaknya akan
mempermudah dalam teknik budidaya dan penjagaan produktifitas suatu tanaman
dari degradasi kualitas dan kuantitas dengan tetap menggunakan dana yang efisien.
Salah satu sifat interaksi yang paling
menarik dikaji adalah mutualisme. Mutualisme meupakan sifat interaksi yang
saling menguntungkan kedua belah pihak organisme yang saling berhubungan timbal
balik. Di alam interaksi mutualisme itu ada 2 yaitu mutualisme simbiotik dan
non simbiotik. Bedanya pada interaksi mutualisme simbiotik jikalau ada salah
satu dari ke 2 organisme yang sedang berhubungan tersebut mati maka akan berdampak pada
penuruanan kualitas hidup organisme yang lainnya atau bahkan kematian.
Sedangkan pada interaksi mutualisme non simbiotik itu tidak berlaku hal
demikian, ketika ada salah satu komponen yang mati atau tiodak hadir dalam
suatu agroekosistem, organisme yang lain tidak akan berdampak secara langsung. Contoh
dari mutualisme simbiotik adalah mikoriza sedangkan contoh mutualisme non simbiotik adalah simbiosis lebah penyerbuk dengan
tanaman bunga. Simbiosis lebah penyerbuk dan bunga lebih sering dan lebih mudah kita jumpai apalagi
saat berada di kebun bunga tak terkecuali di kebun rambutan dan kebun wijen. Hal ini perlu dikembangkan dengan
pengkajian lebih lanjut pada aspek-aspek pendukungnya seperti peranan dalam
jaring-jaring makanan dan aliran energinya. Oleh karena itulah kami bermaksud
untuk mengangkat topik tersebut dalam pembuatan tugas makalah kali ini.
2.Contoh
2.1 Interaksi
mutualisme 5 jenis lebah penyerbuk (Trigona
itama, Trigona nitriventris, Trigona
canifrons, Trigona atripes, dan Apis indica) dengan pohon rambutan (Nephelium lappaceum L.). Latar tempat
penelitian tersebut adalah kebun rambutan di daerah Balikpapan kalimantan
Timur.
2.2 Interaksi lebah madu (Apis mellifera L.)
dengan tanaman wijen (Sesamum
indicum L.). Interaksi ini ditemukan di kebun
wijen di daerah Nganjuk, Jawa timur
3.
Pembahasan
Interaksi mutualisme antara lebah
penyerbuk dan bunga pada 2 contoh diatas termasuk mutualisme non simbiotik.
Dalam konsep interaksi mutualisme memang diklasifikasikan menjadi 2 yaitu non
simbiotik dan simbiotik. Interaksi mutualisme berarti kedua belah pihak yang
sedang berhubungan sama-sama mendapatkan manfaat. Lebah memperoleh keuntungan
makanan berupa nektar pohon rambutan ataupun tanaman wijen memperoleh keuntungan berupa jasa bantuan
dalam proses penyerbukannya. Non-simbiotik dapat diartikan apabila ada salah satu komponen organisme yang
tidak hadir dalam agroekosistem tersebut tidak akan menyebabkan kematian pada
organisme yang lain, seperti yang akan terjadi pada mutualisme simbiotik.
Baik pada agroekosistem kebun
rambutan ataupun kebun wijen, energi masuk
ke dalam ekosistem berupa energi matahari, tetapi tidak semuanya dapat
digunakan oleh tumbuhan rambutan dan wijen dalam proses fotosintesis. Hanya 43%
dari total sinar matahari yang
bisa terpancar di bumi. Dari 43 % sinar matahari
yang berpancar di bumi hanya sinar-sinar tampak dengan gelombang 400-650 nanometerlah yang
bisa ditangkap pigmen hijau daun tumbuhan sehingga hanya sekitar 1-5 %, yang
berhasil diubah tumbuhan menjadi bahan makanan seperti buah rambutan nektar dan
lain sebagainya.
Dalam jaring
jaring makanan, pohon
rambutan (Nephelium lappaceum L.) dan
tanaman wijen (Sesamum indicum L.) berperan sebagai
produsen karena merupakan organisme autotrof. Dalam konsep aliran energi pada suatu agroekosistem,
biasanya herbivora hanya mampu menyimpan sekitar 10 % energi berkat upaya
transfer energi yang telah dilakukannya dengan si produsen. Pada agroekosistem
tersebut, konsumen herbivora ditempati oleh lebah -lebah penyerbuk (Apis
mellifera L., Trigona itama, Trigona nitriventris, Trigona canifrons,
Trigona atripes, dan Apis indica) yang berperan memakan nektar dari
bunga rambutan maupun bunga wijen. Transfer energi terjadi pada saat si lebah penyerbuk
memakan nektar bunga rambutan ataupun bunga wijen. Pada akhirnya lebah
penyerbuk jantan tersebut akan mati
dengan sendirinya karena pada umumnya umur dari lebah penyerbuk jantan hanyalah
21 hari.[3]
Pada tingkatan
trofik konsumen karnivora hanya dapat menyimpan energi kurang dari 10 % karena
energi yang dikandung mangsanya yang dalam
setiap tingkatan trofik akan mengalami kehilangan energi yang digunakan untuk
pernafasan si organisme. Begitu pula yang terjadi pada konsumen tingkat 2 dan
konsumen tersier.
Selain lebah
konsumen herbivora juga diduduki oleh ulat hantu (Hilleud jurig-sunda,red) yang memangsa daun rambutan [4].
Kedudukan konsumen tingkat 2 atau karnivora diduduki oleh semut hitam dan semut
rangrang. Selanjutnya semut rangrang akan dimakan oleh burung. Dalam hal ini
burung berperan sebagai konsumen karnivora tingkat 2 yang memangsa semut, tentu
saja terjadi transfer energi ini dan energi yang didapat burung lebih kecil
ketimbang energi yang didapat konsumen karnivora tingkat 1 ataupun konsumen
herbivora. Selanjutnya burung akan dimangsa ular yang berperan sebagai konsumen
tersier yaitu karnivora besar yang memangsa karnivora tingkat 2 . Baik produsen
maupun konsumen pada akhirnya akan mati dan jasadnya akan diurai oleh bakteri,
jamur dan mikroorganisme pengurai lain yang dalam jaring-jaring makanan berperan
sebagai dekomposer. Dekomposer tersebut berperan mengurai jasad biologi menjadi
unsur unsur yang lebih sederhana dan mudah dimakan tanaman rambutan dan tanaman
wijen.
4.
Kesimpulan
Contoh
interaksi mutualisme non simbiotik yang terjadi diatas permukaan tanah yaitu
interaksi lebah madu (Apis mellifera L.) / penyerbuk ( Trigona itama, Trigona nitriventris, Trigona canifrons, Trigona atripes, dan Apis
indica) dan tanaman berbunga seperti wijen (Sesamum indicum L.) dan rambutan (Nephelium lappaceum L.). Tanaman wijen dan rambutan berperan sebagai produsen. Sedangkan lebah
madu / penyerbuk berperan sebagai konsumen
herbivora karena mereka memperoleh makanannya berupa nektar.
5.Pustaka
Anonim.2008.Lebah dan Madu .(Online).http://lebahdanmadu.blogspot.com/Tanggal
diakses 2 maret 2012.
Eko.2011.predator ulat bulu paling efektif adalah
semut.(Online).http://forum.kompas.com/green-global-warming/35538-predator-ulat-bulu-paling-efektif-adalah-semut.html.Tanggal
diakses 3 maret 2012.
Herry,ariek.2011.Jenis dan Fungsi Lebah
Madu.(Online).http:www.arbainweb.com/taukah-anda/125-jenis-dan-fungsi-lebah-madu.html.Tanggal
diakses 3 maret 2012.
Hariyono,budi.Tanpa tahun. Potensi Bunga Wijen
(Sesamum indicum L.) Sumber pakan Lebah Madu.Balai Penelitian
Tanaman Tembakau dan Serat.Malang.
Staf Peneliti Herbarium
Bogoriense.1986.Penyerbukan Pada Rambutan (Nephelium
lappaceum L.).Ilmu Pert. 4 (2).Lembaga Biologi Nasional.Bogor.hal 75-77
[1] Hariyono,budi.Tanpa tahun.
Potensi Bunga Wijen (Sesamum indicum L.) Sumber pakan Lebah Madu.Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat.Malang
[2] Anonim.2008.Lebah
dan Madu .(Online).http://lebahdanmadu.blogspot.com/Tanggal diakses 2 maret
2012.
[3] Herry,ariek.2011.Jenis dan Fungsi
Lebah
Madu.http:www.arbainweb.com/taukah-anda/125-jenis-dan-fungsi-lebah-madu.html.Tanggal
akses 3 maret 2012.
[4] Eko.2011.predator
ulat bulu paling efektif adalah semut.(Online).http://forum.kompas.com/green-global-warming/35538-predator-ulat-bulu-paling-efektif-adalah-semut.html.Tanggal
diakses 3 maret 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar