Jumat, 27 April 2012
RA Kartini, Indonesian Wonder Woman
RA Kartini is a powerfull woman
RA Kartini is a part of my beloved country life
Withaout you
I'llnot take the chance
chance to get dream
if I'm with you
I’ll so strong and happy
Wherever we go
Whatever we do
Wheneever we meet
However we struggle
i always remerber your struggle
In the middle of all question
The question never answered clearly
The question that similar with trouble
Threaten all woman in Indonesia
Nobody can handle it
we need someone like you
I wonder on how the way we can survive until this time
I wonder on how we can be union
I wonder on how we can accomplish every problem
In the middle of my hesitancy
I believe that everything go well
As long as i do god job
Like you
You are the ones
You are Indonesian Wonder Woman
Remembering you never forget in all mind
Nobody can’t erase it
Until the end of time
Senin, 09 April 2012
British Parliamentary System
I
would like to share my experience during i join debate coaching in UPT Bahasa
University of Jember yesterday. I join it because i really like english debate.
At least we can take many beneficial like improve and elaborate my arguments and
my comunication skill.
At
least we have to know 2 kind of debate system. They are British Parliamentary
System (BPS) and Asian Parliamentary
System (APS). In this moment, i would
like to explain about British Parliementary System (BPS).
A.
Definition of Debate
In
short, Debate is a meeting or discussion some issues or problem. In this case
we called it by using name “motion”. By debating, We have to try hard to
explore our argument deal with case we faced. We do our act based on our
position. There are 2 kind of position govermnet bench and opposition bench.
B.
Beneficial of Debate
ü Assembling
effective arguments
ü Organizing
effective arguments
ü Lobbying
some conflict
ü Developing
our comunication skills
ü Using
the language to convince people that your argument outweight your opposition’s
ü Positive
thinking in all position we faced
ü Exercise
to defend our argument
C.
BPS System
· In
this debate, Every round consist 4 teams, every teams consist 2 speakers
· A
goverment bench consist of opening government and closing government
· A
opposition bench consist of opening opposition and closing opposition
· Adopted
from British Parliamentary rules
· Speaking
duration is 8 minute
· Every
speaker must take 2 or more POI during their speaking time.
· The
debate round headed by chair person.
· The
Time keeper is a person that keep your speking time.
· The
Opening Government team consist Prime minister as first speaker and Deputy Prime
minister as second speaker.
· The
Opening Opposition team consist Leader of the Opposition as first speaker and Deputy
Leader of the Opposition as second speaker.
· The
Closing Government team consist Member of the Government as first speaker and Government
whip as second speaker.
· The
Closing Opposition team consist Member of the Opposition as first speaker and Opposition
whip as second speaker.
D.
Roles of Speaker
To
continued in the next posting
Minggu, 08 April 2012
Kartini’s Day
Indonesia
is a country that really apreciated with
their woman life. Woman is really important for our beloved country. Without
her, we can’t life harmony. That’s why we as man have to respect. We can’t life
alone withaout woman. Because naturally
our naturally couple is woman. Our mom and our lover is woman too.
Talking
about Indonesian woman history, we have
to know who is the woman hero that really famous in Indonesia because of their
struggle to make equal between man and woman
in political ang goverment situation.
Her name is Kartini. The strogest woman that succesfull bring bright
future for Indonesian woman.
Some years ago,
woman didnot have a chance to study as man did. Not all woman didnot chance to
study, but majority woman didnot
opportunity like that. Because many people ago think that woman only deserve to
be a assistent in kitchen and housewife.
The bad impact is woman feel
their right to study limited by its policy. And woman in those time
really difficult to show their capability. Kartini as one of the woman that
time totally disagree with this policy. She think that every woman have a high
capability to explore itself exclude as
housewife and kitchen assstent.
The result we
face today is come from Kartini struggle. Therefore the goverment decide April
21th is Kartini’s Day. Kartini’s Day in one day that we have to
remember, comemorate and give the real appreciation by do something. The form
of Appreciation we can give is different based on the gender (man and
woman). As woman you must do the best in
many way to show that you really comemorate Kartini’s Day. For a man, we also have to respect it. The
form of our recpect can implemented in
real life by doing something, for example
:
· Avoid to build the
violence and riots in around our girls environment as much as we can
· Respect our girl friend
by do polite with her
· Respect our mom by obey
her order and feedback
· Always think that man
and woman is equal in the politic and goverment aspect
·
Dont underetimated
woman quality and capability
·
Always gve spirit that
the woman today hane to better than the last woman
·
Always care our special
woman such as mom and girl friend
Senin, 02 April 2012
Sistem Budidaya Agroforestry – Agrisilvikultur di
Dusun Manggis, Desa Sukorambi, Kabupaten Jember
1.Pendahuluan
Indonesia merupakan negera agraris
yang kental dengan kondisi pertaniannya. Namun sayang kondisi pertanian
Indonesia sekarang dapat dinilai kurang sehat.
Indikatornya adalah kemelorosotan lingkungan dan produktifitas tanaman yang sekarang marak terjadi. Hal ini merupakan
buah dari aktivitas manusia yang mempekerjakan alam dengan sewenang-wenang. Hal
ini begitu memprihatinkan, dan akan
bertambah luas dampak negatifnya jika tidak segera dipulihkan. Untuk memulihkan
itu semua diperlukan suatu konsep pertanian yang efektif dan efisien untuk
kemudian ditindak lanjuti dengan implementasi nyata di lapanagan.
Agroforestry atau wanatani
merupakan bentuk konsep pertanain yang efektif dan efisien dengan jalan pemanfaatan lahan secara terpadu yang melibatkan beberapa komponen
seperti komponen kehutanan, komponen ternak dan komponen tanaman pangan/
hortikultura atau musiman. Sebenarnya
agroforestry adalah ilmu lama yang sudah diterapkan oleh sebagian masyarakat
kita, namun ketambahan teknik-teknik baru yang lebih sesuai dengan teknologi
yang ada. Di lapangan bentuk-bentuk agroforestri tersebut sangatlah beragam,
diantaranya adalah agrisilvikultur.
Agrisilvikultur merupakan bagian dari agroforestri
dimana komponen yang terlibat didalamnya adalah komponen kehutanan (tanaman
berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian pada umumnya (serealia,
hortikultura,musiman,dll). Agrisilvikultur banyak dijumpai disekitar
perkampungan dekat hutan, atau hutan yang baru sjaa dibuka. Dulunya kita dengan
mudah menjumpai hal tersebut, namun sekarang jumlahnya sudah merosot drastis.
Hal ini dikarenakan oleh laju alih fungsi lahan kehutanan dan pertanian menjadi
perumahan yang sangat cepat. Sebagai upaya manusia tentu saja, agrisilvikultur
memiliki keunggulan dan kekurangan.
Keunggulan
agrisilvikultur adalah produktifitas
total agrisilvikultur jauh lebih tinggi dibandingkan monokultur, mengurangi
resiko kegagalan satu jenis tanaman karena akan dapat ditutup oleh keberhasilan
komponen lainnya, dapat menghasilkan diversitas (keragaman) yang tinggi, baik
menyangkut produk maupun jasa. Dengan demikian dari segi ekonomi dapat
mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga pasar. Sedangkan dari segi
ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal pemanen sebagaimana dapat terjadi
pada penanaman satu jenis (monokultur). Dampak kelanjutannya adalah dengan diversifikasi
yang tinggi dapat memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, melepaskan petani dari
ketergantungan terhadap produk luar sehingga tidak memerlukan banyak input dari
luar. Selain itu, praktek agrisilvikutur yang memiliki diversitas dan
produktivitas yang optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang
pengusahaan lahan, sehingga dapat menjamin stabilitas (dan kesinambungan)
pendapatan petani. Selain itu menurut Rossy Widayanti (2010) sistem agrisilvikultur
juga dapat digunakan untuk mengelola hutan secara lestari pada suatu
kawasan konsesi hak pengusahaan hutan sepanjang dalam kawasan hutan tersebut
sesuai dengan karakteristik suatu sistem Agrisilvikultur.
Menurut Moeliono (1987) dalam Yusnafi (2007) agroforestry termasuk
agrisilvikultur dapat mencegah dan mengurangi erosi tanah serta meningkatkan
kesempatan kerja. Sedangkan kekurangan dari sistem
agrisilvikultur adalah fokus petani dalam budidayanya berpencar, tidak menutup
kemungkinan memerlukan biaya masukan yang lebih tinggi dibanding monokultur,
perlu perencanaan yang lebih matang dan mantap mengingat semakin beragamnya
diversitas yang dilibatkan semakin besar kompetisi yang harus diperhitungkan.
2.Data
Data yang berhasil kami himpun
bersumber dari wawancara kami dengan petani (Bpk. Hasan/ P. Qom) yang
menerapkan Agrisilvikultur di dusun Manggis desa Sukorambi, Kabupate Jember. Agrisilvikultur
yang dikelola melibatkan tanaman sengon laut, mahoni, pisang, kopi, kelapa,
talas dan ketela pohon. Penjelasan selengkapnya terlampir pada lembar Skor
indikator keberlanjutan Sistem Pertanian berikut foto-fotonya.
3.
Pembahasan
Praktek budidaya
petani yang bernama P. Hasan/ P. Qom di Dusun manggis, Desa Sukorambi tercatat
sebagai salah satu upaya agrisilvikultur. Sebagai agrisilvikultur karena pada
penerapannya sudah melibatkan komponen tanaman woody plant (sengon laut,
mahoni, kelapa) dengan tanaman pangan seperti tanaman pisang, kopi, talas dan
ketela pohon. Agrisilvikultur tersebut bisa ditanam bersamaan ataupun bergiliran dalam suatu periode dan menciptakan suatu interaksi
ekologi, sosial, ekonomi. Agrisilvikultur tersebut sangat
berpotensi untuk dilanjutkan kearah sistem pertanian yang berkelanjutan dengan
perolehan skor 83. Hal ini karena pada intinya penerapan agrisilvikultur
memiliki tujuan untuk meningkatkan produktifitas lahan, kesempatan kerja,
pendapatan petani, dan juga upaya pelestarian sumber daya lingkungan seperti
air, tanah dan diversitas hayati.
Di Indonesia agroforestri sudah
ditawarkan sebagai salah satu sistem pertanian yang berkelanjutan. Namun dalam
pelaksanaannya dilapangan tidak jarang mengalami kegagalan, karena
pengelolaannya yang kurang tepat sebagaimana yang diutarakan oleh Mustofa Agung
Sardjono, dkk (2003). Selain itu pada
agroforestri tepatnya agrisilvikultur yang salah pengelolaan justru akan
menjadi faktor pembatas produksi. Berdasarkan penelitian SM Sitompul dan Djoko Purnomo (2004) pada
hasil tanaman sistem agroforestri lebih rendah dibandingkan sistem naungan
buatan. Perbedaan hasil tersebut disebabkan oleh minimnya pertimbangan akan
kompetisi air, unsur hara, zat inhibitor dan lainnya yang mungkin terjalin
diantara tanaman tersebut.
Ada
beberapa indikator yang harus dipenuhi bilamana suatu agrisilvikultur hendak
dikaitkan dengan sistem pertanian berkelanjutan. Indikator-indikator tersebut
diantaranya indikator aspek ekologi, ekonomi, dan sosial. Diharapkan dengan
terpenuhinya 3 indikator tersebut, suatu agrisilvikultur layak disebut untung
secara ekonomis, ramah secara ekologis, dan sejahtera secara sosial.
Tujuan dalam indikator ekonomis
adalah untung (profit yang optimal).
Agrisilvikultur P. Hasan yang menjadi objek kajian kali ini sudah dapat
digolongkan agrisilvikultur yang untung. Pada dasarnya fokus yang dibudidayakan
disini adalah sengon laut dan mahoni. Outcome awal yang diperlukan adalah
sekitar 500 ribu rupiah (biaya bibt lokal
+kuli tanam). Outcome lainnya sangatlah kecil karena lahan milik pribadi, digarap sendiri, dan tidak membutuhkan biaya perawatan. Sedangkan incomenya diprediksi Rp 12.000.000/5 tahun untuk sengon laut. Jika dihitung-hitung, pendapatan petani tersebut sekitar Rp 191.000/bulan. Angka yang cukup tinggi untuk luasan lahan yang hanya 200 mm2, dan hanya dijadikan sebgaai sumber pendapatan sampingan karena petani tersebut sudah memiliki pendapatan utamanya dari budidaya padi secara monokultur. Untuk mahoni belum pernah dilakukan pemanenan karena masih baru berusia 2 tahun. Untuk talas dapat menghasilkan sekitar 30 kg, dipasarkan dalam lingkup desa itu sendiri. Sedangkan untuk ketela pohon, kopi, pisang dan kelapa hanya dimanfaatkan secara subsisten untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri ataupun untuk keperluan antar tetangga bilamana sedang ada hajatan tertentu (kepentingan keluarga dan masyarakat disekitarnya).
+kuli tanam). Outcome lainnya sangatlah kecil karena lahan milik pribadi, digarap sendiri, dan tidak membutuhkan biaya perawatan. Sedangkan incomenya diprediksi Rp 12.000.000/5 tahun untuk sengon laut. Jika dihitung-hitung, pendapatan petani tersebut sekitar Rp 191.000/bulan. Angka yang cukup tinggi untuk luasan lahan yang hanya 200 mm2, dan hanya dijadikan sebgaai sumber pendapatan sampingan karena petani tersebut sudah memiliki pendapatan utamanya dari budidaya padi secara monokultur. Untuk mahoni belum pernah dilakukan pemanenan karena masih baru berusia 2 tahun. Untuk talas dapat menghasilkan sekitar 30 kg, dipasarkan dalam lingkup desa itu sendiri. Sedangkan untuk ketela pohon, kopi, pisang dan kelapa hanya dimanfaatkan secara subsisten untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri ataupun untuk keperluan antar tetangga bilamana sedang ada hajatan tertentu (kepentingan keluarga dan masyarakat disekitarnya).
Secara ekologis, agrisilvikultur
milik P. Hasan cukup ramah lingkungan. Penggunaan pupuk Urea hanya satu kali disaat awal tanam (1,5 bulan setelah tanam). Sumber air yang
dilibatkan berasal dari air hujan dan sungai yang mengalir disekitar lahannya.
Dapat dikategorikan membantu meningkatkan keragaman hayati, karena pada lahan
agrisilvikulturnya ditanam berbagai jenis tanaman yang memungkinkan terciptanya
suatu jaring-jaring makanan yang amat kompleks.
Masalah landscpape, menurut pengakuan dari pemiliknya tidak pernah
sekali saja merubahnya, semuanya itu murni dari lancsape lahannya yang memang
berteras-teras. Selain itu dalam prakteknya tidak diperlukan energi tambahan
seperti listrik dan lainnya karena memang masih bersifat sangat tradisional. Begitu
pula dengan benih sengon yang digunakan yang juga masih bersifat benih lokal
dan dipasok dari penjual benih secar getok-tular dar mulut ke mulut.
Ditinjau dari aspek sosial, minat
petani untuk mengusahakan lahannya cukup tinggi. Meskipun si petaninya sendiri
tidak terlalu memiliki kualitas pendidikan sampai pada tahap sarjana. Namun
setidaknya petani tersebut aktif dalam solodaritas petani setempat yang bernama
Sukorambi Jaya, buktinya adalah beliau dipercaya sebagai wakil dalam kelompok
tani tersebut. Menurut pengakuannya juga
kondisi pertanian disana cukup aman dengan indikator tidak pernah ada masalah
pencurian ataupun sengketa lahan. Selain itu respon maasyarakat ataupun
konsumen dari produk kayu yang dia kelola juga dapat dikategorikan positif,
dibuktikan dengan kerjasama yang harmonis antara beliau dengan pembeli kayunya.
Hal ini mengindikasikan kepuasan konsumen yang cukup tinggi.
Dari
uraian itu semua, agrisilvikutur tersebut sudah menunjukan kemajuan sempurna ke
arah keberlanjutan. Artinya agrisilvikultur tersebut memiliki modal yang
memadai untuk terus dikembangkan mendekati sistem pertanian berkelanjutan yang
lebih luas dengan tujuan akhir
masyarakat tidak lagi tergantung masukan komoditas pertanian dari luar
serta terciptanya kedaulatan pangan disekitar daerah tersebut dengan
pemanfaatan seoptimal mungkin sumber daya hayati yang ada, seperti diversivikasi
makanan, tidak hanya bergantung pada beras namun sudah mulai melibatkan talas
dan ketela pohon sebagai makanan pokok, pisang dan kelapa sebagai komponen
buah, serta mahoni dan sengon untuk kebutuhan papan keluarganya atau masyarakat
disekitarnya.
4.
Kesimpulan
Agrisilvikultur
adalah salah satu bagian dari agroforestri yang menggunakan lahan secara terpadu, mengkombinasikan tumbuhan berkayu dengan
tanaman pertanian sehingga terbentuk interaksi ekologis dan
ekonomis dan sosial antar berbagai komponen yang ada. Agrisilvikultur
yang menjadi objek kajian kali ini menunjukan kemajuan sempurna kearah
keberlanjutan.
5.Pustaka
Rossy Widayanti.2010.Agri-silvikultur dan Pesanggem di wilayah Kesatuan Pemangku Hutan (KPH)
Ngawi, Saradan dan Lawu DS.Tesis.Progam Pasca Sarjana, Progam studi
Magister Manajemen Agribisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”,
Surabaya.
Sardjono, Mustofa Agung
dkk,.2003.Klasifikasi dan Pola Kombinasi
Komponen Agroforestri Bahan Ajaran Agroforestry 2.Bogor:World Agroforestry
Centre (ICRAF).
SM Sitompul dan Djoko Purnomo.2004.Peningkatan
Kinerja Tanaman Jagung dan Kedelai pada Sistem Agroforestri Jati dengan
Pemupukan Nitrogen.Jurnal Agrosains Vol 6 (2) hal: 79-83, 2004
Yunasfi.2007.Sosial Forestry dan Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan.Sumatra
Utara:USU Repository.
1.Pendahuluan
Dalam suatu lingkungan
ekosistem sudah pasti akan terjadi suatu
interaksi antar komponen penyusunnya baik komponen abiotik maupun komponen
biotik. Begitu juga yang terjadi pada agroekosistem. Agroekosistem sebagai salah satu
ekosistem khusus diwilayah pertanian misalnya agroekosistem ladang,
sawah dan kebun teh ternyata juga mampu menghadirkan interaksi timbal balik antara tanaman,
organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan faktor lingkungan pertanian seperti
tanah, iklim, dan lain sebagainya. Interaksi yang timbul dalam suatu
agroekosistem sangatlah beragam. Keberagaman tersebut disebabkan oleh
keberagaman komponen biotik dan abiotik yang menyusun suatu agroekosistem.
Pengetahuan akan sifat interaksi 2
organisme atau lebih dalam suatu agroekosistem sangatlah penting dan
bermanfaat. Sifat interaksi yang ada di agroekosistem sangatlah beragam mulai
dari parasitisme, mutualisme, komensalisme, netralisme, sinekrosis, dan
amensalisme. Dengan mengetahui sifat interaksi yang terjalin antar organisme disuatu
lingkungan agroekosistem setidaknya akan
mempermudah dalam teknik budidaya dan penjagaan produktifitas suatu tanaman
dari degradasi kualitas dan kuantitas dengan tetap menggunakan dana yang efisien.
Salah satu sifat interaksi yang paling
menarik dikaji adalah mutualisme. Mutualisme meupakan sifat interaksi yang
saling menguntungkan kedua belah pihak organisme yang saling berhubungan timbal
balik. Di alam interaksi mutualisme itu ada 2 yaitu mutualisme simbiotik dan
non simbiotik. Bedanya pada interaksi mutualisme simbiotik jikalau ada salah
satu dari ke 2 organisme yang sedang berhubungan tersebut mati maka akan berdampak pada
penuruanan kualitas hidup organisme yang lainnya atau bahkan kematian.
Sedangkan pada interaksi mutualisme non simbiotik itu tidak berlaku hal
demikian, ketika ada salah satu komponen yang mati atau tiodak hadir dalam
suatu agroekosistem, organisme yang lain tidak akan berdampak secara langsung. Contoh
dari mutualisme simbiotik adalah mikoriza sedangkan contoh mutualisme non simbiotik adalah simbiosis lebah penyerbuk dengan
tanaman bunga. Simbiosis lebah penyerbuk dan bunga lebih sering dan lebih mudah kita jumpai apalagi
saat berada di kebun bunga tak terkecuali di kebun rambutan dan kebun wijen. Hal ini perlu dikembangkan dengan
pengkajian lebih lanjut pada aspek-aspek pendukungnya seperti peranan dalam
jaring-jaring makanan dan aliran energinya. Oleh karena itulah kami bermaksud
untuk mengangkat topik tersebut dalam pembuatan tugas makalah kali ini.
2.Contoh
2.1 Interaksi
mutualisme 5 jenis lebah penyerbuk (Trigona
itama, Trigona nitriventris, Trigona
canifrons, Trigona atripes, dan Apis indica) dengan pohon rambutan (Nephelium lappaceum L.). Latar tempat
penelitian tersebut adalah kebun rambutan di daerah Balikpapan kalimantan
Timur.
2.2 Interaksi lebah madu (Apis mellifera L.)
dengan tanaman wijen (Sesamum
indicum L.). Interaksi ini ditemukan di kebun
wijen di daerah Nganjuk, Jawa timur
3.
Pembahasan
Interaksi mutualisme antara lebah
penyerbuk dan bunga pada 2 contoh diatas termasuk mutualisme non simbiotik.
Dalam konsep interaksi mutualisme memang diklasifikasikan menjadi 2 yaitu non
simbiotik dan simbiotik. Interaksi mutualisme berarti kedua belah pihak yang
sedang berhubungan sama-sama mendapatkan manfaat. Lebah memperoleh keuntungan
makanan berupa nektar pohon rambutan ataupun tanaman wijen memperoleh keuntungan berupa jasa bantuan
dalam proses penyerbukannya. Non-simbiotik dapat diartikan apabila ada salah satu komponen organisme yang
tidak hadir dalam agroekosistem tersebut tidak akan menyebabkan kematian pada
organisme yang lain, seperti yang akan terjadi pada mutualisme simbiotik.
Baik pada agroekosistem kebun
rambutan ataupun kebun wijen, energi masuk
ke dalam ekosistem berupa energi matahari, tetapi tidak semuanya dapat
digunakan oleh tumbuhan rambutan dan wijen dalam proses fotosintesis. Hanya 43%
dari total sinar matahari yang
bisa terpancar di bumi. Dari 43 % sinar matahari
yang berpancar di bumi hanya sinar-sinar tampak dengan gelombang 400-650 nanometerlah yang
bisa ditangkap pigmen hijau daun tumbuhan sehingga hanya sekitar 1-5 %, yang
berhasil diubah tumbuhan menjadi bahan makanan seperti buah rambutan nektar dan
lain sebagainya.
Dalam jaring
jaring makanan, pohon
rambutan (Nephelium lappaceum L.) dan
tanaman wijen (Sesamum indicum L.) berperan sebagai
produsen karena merupakan organisme autotrof. Dalam konsep aliran energi pada suatu agroekosistem,
biasanya herbivora hanya mampu menyimpan sekitar 10 % energi berkat upaya
transfer energi yang telah dilakukannya dengan si produsen. Pada agroekosistem
tersebut, konsumen herbivora ditempati oleh lebah -lebah penyerbuk (Apis
mellifera L., Trigona itama, Trigona nitriventris, Trigona canifrons,
Trigona atripes, dan Apis indica) yang berperan memakan nektar dari
bunga rambutan maupun bunga wijen. Transfer energi terjadi pada saat si lebah penyerbuk
memakan nektar bunga rambutan ataupun bunga wijen. Pada akhirnya lebah
penyerbuk jantan tersebut akan mati
dengan sendirinya karena pada umumnya umur dari lebah penyerbuk jantan hanyalah
21 hari.[3]
Pada tingkatan
trofik konsumen karnivora hanya dapat menyimpan energi kurang dari 10 % karena
energi yang dikandung mangsanya yang dalam
setiap tingkatan trofik akan mengalami kehilangan energi yang digunakan untuk
pernafasan si organisme. Begitu pula yang terjadi pada konsumen tingkat 2 dan
konsumen tersier.
Selain lebah
konsumen herbivora juga diduduki oleh ulat hantu (Hilleud jurig-sunda,red) yang memangsa daun rambutan [4].
Kedudukan konsumen tingkat 2 atau karnivora diduduki oleh semut hitam dan semut
rangrang. Selanjutnya semut rangrang akan dimakan oleh burung. Dalam hal ini
burung berperan sebagai konsumen karnivora tingkat 2 yang memangsa semut, tentu
saja terjadi transfer energi ini dan energi yang didapat burung lebih kecil
ketimbang energi yang didapat konsumen karnivora tingkat 1 ataupun konsumen
herbivora. Selanjutnya burung akan dimangsa ular yang berperan sebagai konsumen
tersier yaitu karnivora besar yang memangsa karnivora tingkat 2 . Baik produsen
maupun konsumen pada akhirnya akan mati dan jasadnya akan diurai oleh bakteri,
jamur dan mikroorganisme pengurai lain yang dalam jaring-jaring makanan berperan
sebagai dekomposer. Dekomposer tersebut berperan mengurai jasad biologi menjadi
unsur unsur yang lebih sederhana dan mudah dimakan tanaman rambutan dan tanaman
wijen.
4.
Kesimpulan
Contoh
interaksi mutualisme non simbiotik yang terjadi diatas permukaan tanah yaitu
interaksi lebah madu (Apis mellifera L.) / penyerbuk ( Trigona itama, Trigona nitriventris, Trigona canifrons, Trigona atripes, dan Apis
indica) dan tanaman berbunga seperti wijen (Sesamum indicum L.) dan rambutan (Nephelium lappaceum L.). Tanaman wijen dan rambutan berperan sebagai produsen. Sedangkan lebah
madu / penyerbuk berperan sebagai konsumen
herbivora karena mereka memperoleh makanannya berupa nektar.
5.Pustaka
Anonim.2008.Lebah dan Madu .(Online).http://lebahdanmadu.blogspot.com/Tanggal
diakses 2 maret 2012.
Eko.2011.predator ulat bulu paling efektif adalah
semut.(Online).http://forum.kompas.com/green-global-warming/35538-predator-ulat-bulu-paling-efektif-adalah-semut.html.Tanggal
diakses 3 maret 2012.
Herry,ariek.2011.Jenis dan Fungsi Lebah
Madu.(Online).http:www.arbainweb.com/taukah-anda/125-jenis-dan-fungsi-lebah-madu.html.Tanggal
diakses 3 maret 2012.
Hariyono,budi.Tanpa tahun. Potensi Bunga Wijen
(Sesamum indicum L.) Sumber pakan Lebah Madu.Balai Penelitian
Tanaman Tembakau dan Serat.Malang.
Staf Peneliti Herbarium
Bogoriense.1986.Penyerbukan Pada Rambutan (Nephelium
lappaceum L.).Ilmu Pert. 4 (2).Lembaga Biologi Nasional.Bogor.hal 75-77
[1] Hariyono,budi.Tanpa tahun.
Potensi Bunga Wijen (Sesamum indicum L.) Sumber pakan Lebah Madu.Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat.Malang
[2] Anonim.2008.Lebah
dan Madu .(Online).http://lebahdanmadu.blogspot.com/Tanggal diakses 2 maret
2012.
[3] Herry,ariek.2011.Jenis dan Fungsi
Lebah
Madu.http:www.arbainweb.com/taukah-anda/125-jenis-dan-fungsi-lebah-madu.html.Tanggal
akses 3 maret 2012.
[4] Eko.2011.predator
ulat bulu paling efektif adalah semut.(Online).http://forum.kompas.com/green-global-warming/35538-predator-ulat-bulu-paling-efektif-adalah-semut.html.Tanggal
diakses 3 maret 2012.
Langganan:
Komentar (Atom)